LET’S BREAK UP [8]

LBU2

Author : Go-Kim Family

Cast :

  • Kim Taeyeon
  • Hwang Tiffany
  • Nichkhun
  • Juhyun (Seo Ju Hyun)
  • Kwon Yuri
  • Jung Jessica
  • Choi Sooyoung

Rating : PG-16

Length : Series

Disclaimer:

Bring my story of my imagination on this wordpress. Please enjoy for this fanfiction. Leave a comment. So i can appraise my writing ability. The plot is mine. Don’t bashing or make something that can hurt my bias and me.

Copyright. ©go-kimfamily09 . All right reserved

Happy reading guys! ^.^

.

.

.

“diantara semua cinta yang baik, kau harus memilih mana yang lebih baik dari yang terbaik.”

 

“Gila.” Hanya itu respon yang Sooyoung berikan atas pernyataan yang baru saja keluar dari bibir Taeyeon. Sambil menggeleng pelan dia mulai membuka bukunya. “Kepalamu harus diperiksa, kau tau.”

“Aku tahu ini gila, tapi aku serius. Mungkin aku lebih baik fokus pada karirku dulu.” Bohong Taeyeon.

Sembari menengok keluar jendela, Taeyeon berusaha mengingat kenangan antara dirinya dan Tiffany jauh sebelum ia pergi meninggalkan gadis itu untuk ikut audisi. Ketika mereka masih sempat berbagi kehangatan dikala dingin yang hanya sebatas sentuhan kecil yang terasa sangat menakjubkan.

“Ini tidak masuk akal. Kau bahkan belum ada sebulan disini.” Sooyoung menggunakan jarinya untuk menghitung. “Kalau tahu jadi begini, kau tidak perlu masuk Jaeguk. Aku tahu seberapa mahal kau harus membayar untuk masuk ke sini.”

“Makanya aku menyesal.” Taeyeon menoleh pada Sooyoung. “Hah~ Kau tidak tahu seberapa menderitanya aku disini.” Ucapnya sambil menutup mata. Taeyeon tidak menyebutkan bahwa dia pergi karena Tiffany. Terutama karena dia tidak mau membuat masalah semakin runyam.

“Tenangkan pikiranmu. Memang benar aku tidak mengerti masalahmu, tapi kau harus memikirkannya lagi.” Dia melihat jam. “Sebentar lagi guru Hwang datang, melihat wajah cantiknya mungkin bisa membuatmu berpikir jernih.” Tanpa melihat kearah Taeyeon, Sooyoung menepuk bahunya.

Berpikir jernih? Yang ada dia akan sangat yakin untuk pergi dari sini.

“Guru Hwang datang!!!!” Seru teman sekelasnya yang berhambur masuk ke kelas.

Taeyeon menatap pintu, menunggu wanita itu masuk. Betapa terkesimanya dia ketika Tiffany berjalan dengan tegas memasuki ruangan. Rambutnya yang di kuncir kuda, menampilkan lehernya yang putih dan jenjang.

Taeyeon mengerutkan kening saat melihat bekas kemerahan. Dia memalingkan wajah sambil menghela nafas sebelum memperhatikan Tiffany lagi.

Gadis itu duduk di kursinya lalu membuka buku. Suasana kelas, tenang seperti biasa. Taeyeon masih memandangi Tiffany hingga gadis itu mendongak dan mata mereka bertemu satu sama lain.

Satu detik, dua detik, tiga detik mereka bertatapan hingga suara buku jatuh membuat Tiffany otomatis memalingkan wajah.

“Siapkan kertas dan masukkan buku kalian.” Perintah Tiffany.

Ye?” Seisi kelas heboh.

“Hari ini kita ujian.”

Murid yang duduk paling pojok seketika berdiri. “ujian dadakan?”

“Ya. Atau kalian ingin kita kuis saja? Ibu punya beberapa soal kuis.” Tiffany melambaikan soal-soal yang baru dia buat dua hari lalu. Mencoba tetap tenang setelah beradu pandang dengan Taeyeon.

Kali ini murid paling depan bersuara. “Sulitnya sama saja dengan ujian.”

“Ibu tidak memaksa. Kalian boleh memilih salah satu, mau ujian tulisan atau kuis lisan. Ingat! Kalian ini kelas paling unggul.” Tiffany tersenyum.

“Tapi tetap saja, ujian tanpa belajar. Nilai kami bisa-bisa—”

“Kami akan melakukan keduanya.” Semua menatap Sooyoung ngeri. Lelaki itu tersenyum pada Tiffany dan Tiffany pun membalasnya sambil mengangguk pelan. Dia tahu Sooyoung adalah raja dari semua raja pelajaran yang berkumpul disini. Lelaki itu adalah muridnya yang paling pintar.

“Bukankah jika kami melakukan keduanya, minggu depan kami tidak perlu ikut kuis lagi?”

“Benar, kalau begitu….”

“Kau tidak bisa memilih keduanya.” Taeyeon dengan tegas menyela perkataan Tiffany.

“Kalau kau memilih keduanya, hasilnya akan sama-sama buruk. Kau tidak bisa melakukan dua hal itu sekaligus, atau kau memang berniat membebani yang lainnya. Bukankah begitu guru Hwang?” Sindiran halus itu sampai ke telinga Tiffany. Wanita itu hanya diam, sementara Taeyeon memilih berdiri dan menatap seisi kelas.

“Kami belum mempersiapkan materi. Jika kami melakukan keduanya, bukankah sama saja kami juga akan remidi?” Semua orang menatap Taeyeon kagum. Hanya dia satu-satunya murid yang dengan tegasnya melawan guru.

“Jika saya bertanya pada anda, mana yang akan anda pilih? Ujian atau kuis?” Tanya Taeyeon. Ini pertama kalinya Taeyeon buka suara saat berada di kelas. Biasanya dia hanya akan diam dan melakukan apa yang jadi perintah Tiffany, gurunya.

“Ibu akan….”

“Tidak bisa memilih? Anda memikirkan murid-murid anda yang belum belajar bukan?” Tebak Taeyeon dan Tiffany terpaksa mengangguk.

“Maka dari itulah…” Taeyeon mengernyit. Aku harus pergi, supaya Tiffany tidak perlu sesulit ini dalam memilih.

“Makanya anda tidak perlu mengadakan tes hari ini.” Ucapnya pelan. “memilih diantara dua hal yang sulit hanya akan membuat masalah.”

Taeyeon menatap Tiffany sebentar sebelum duduk dan mengalihkan perhatian ke bukunya. Tiffany meremas roknya, dia tahu rasa sakit itu.

“Kau siap?”

Hari ini adalah hari dimana Yuri dan Jessica mengadakan konferensi pers tentang skandal yang menurutnya merupakan tindakan pencemaran nama baik. Lelaki itu begitu bersemangat sampai tak satupun hal yang tertinggal.

“Dimana heel’s ku?” teriak Jessica dari dalam kamar. Yuri tersenyum lalu meraih sepatu heel’s didekat kakinya. Dia telah menyiapkan semuanya, termasuk keperluan Jessica. Yuri masuk kedalam kamar dan melihat Jessica kebingungan.

“Sudah selesai?” Tanyanya.

“Aku mencari heel’s k” Saat berbalik menghadap Yuri, Jessica bernafas lega saat tau heels mahal yang dia beli di LA tidak hilang.

“Syukurlah.” Dia mengambil benda itu dari Yuri kemudian duduk di sofa.

“Kau gugup?” Yuri duduk di tepi ranjang sambil memperhatikan Jessica.

“Tidak. Sama sekali tidak. Aku hanya memikirkan apa yang harus aku katakan. Menurutmu bagaimana? Apa sebaiknya aku jujur? Tapi karir Taecyeon bisa hancur. Kau mengertikan maksudku?”

Yuri menggangguk. “Aku mengerti. Ternyata kau sangat gugup.”

Jessica memandang Yuri. “Tidak. Aku hanya….”

“Kau gugup dan itu kenyataanya. Percuma kau menutupinya, terlihat jelas di wajahmu. Kau tidak tidur nyenyak, kan?” Lelaki itu berjalan mendekati Jessica, dia merapikan rambut-rambut kecil yang menutupi wajah Jessica.

“Kau datang pagi-pagi sekali.” Gadis dihadapannya cemberut.

Yuri tetap memasang wajah datar. “Tidak ada hubungannya.”

“Yul…”

“Ya?”

“Kau sungguh akan membalasnya? Aku..”

“Kau tidak tega? Kau masih tidak bisa kejam pada orang yang sudah membuatmu begini?” Sela Yuri sembari menatap Jessica.

Dia tahu Jessica tidak akan tega, karena Yuri tahu masa lalu Jessica dengan Taecyeon juga seindah masa-masa mereka sekarang. Meskipun publik tidak tahu tentang hubungan Jessica dan Taecyeon dulu, tapi Yuri tahu. Mereka seperti si kembar Astro. Bahkan dimana ada Jessica, Taecyeon selalu berada disampingnya.

“Apa ini berat bagimu?” Tanya Yuri lembut.

“Bukan begitu, hanya saja..”

“Hanya saja cinta pertama tidak bisa pudar semudah yang ku kira.” Jessica terkejut ketika Yuri mengungkit masa lalunya. Gadis itu merasakan sesuatu menusuk didalam hatinya. Dia tidak pernah menyangka kalau Yuri mempermasalahkan ini lagi. Jessica sedikit kecewa.

Yuri mengelus pipi Jessica. “Aku tahu kau mengkhawatirkannya dan aku berusaha mengerti, karena aku jatuh cinta padamu. Aku menginginkan hal yang sama denganmu. Kau tidak ingin membuat Taecyeon terluka dan aku juga tidak ingin kau lebih terluka daripada ini. Bisakah kau menerima kalau aku hanya ingin kau bahagia? Sama seperti saat kau ingin Taecyeon juga bahagia.”

“Bodoh.” Ketus Jessica menaruh tangannya diatas tangan Yuri di pipinya.

“Kenapa kau berpikir aku khawatir pada si brengsek itu? Aku itu daritadi mengkhawatirkanmu. Aku tidak peduli padanya lagi, aku hanya peduli padamu. Bagaimana aku tidak khawatir saat kau dengan semangatnya masuk dan mencampuri masalahku? Bagaimana kalau dia menyerangmu juga?”

“Aku tidak punya rahasia yang bisa dia bongkar. Rahasia terbesarku adalah saat aku berkencan secara diam-diam denganmu. Itu pun juga rahasia yang ingin sekali aku buka.”

“Astaga, kau ini bodoh atau idiot sih?! Maksudku….”

“Sudah bicaranya. Kita bisa terlambat. Kajja.

Yuri mengecup bibir Jessica sekilas sebelum merangkul pinggang gadis itu dan keluar dari kamar. Yuri tidak khawatir jika karirnya jadi taruhan. Karena disisinya ada Jessica, dia tidak akan menghadapinya sendiri. Sejak awal mereka berhubungan, tidak ada lagi kata ‘aku’ atau ‘kau’, yang ada hanya ‘kami’.

Nichkhun terlihat sibuk di kamarnya, sebenarnya bukan sibuk seperti orang kantoran, tetapi sibuk menelpon hotel dan para media pers. Besok, dia akan mengajak Tiffany mengumumkan kepada publik tentang hubungan mereka. Agensinya juga sudah memberinya ijin. Sekarang Nichkhun hanya tinggal memberitahu sesuatu pada Tiffany.

Dengan malas dia beranjak dari sofa berniat mengisi perut di dapur, tapi saat dia ingin membuka pintu, Tiffany sudah ada disana.

OH! Kau sudah datang? Bagaimana mengajarnya?” Nichkhun memberikan kecupan selamat datang pada Tiffany. Gadis itu tersenyum sebelum memeluk tubuh Nichkhun.

“Seperti biasa, tidak ada yang istimewa.” Tiffany memejamkan mata bersandar pada bahu Nichkhun. Dia mengingat bagaimana Taeyeon mempermalukannya di muka umum.

“Ada apa? Kau tidak biasanya manja begini. Ayo kita ke ruang tengah. Ada sesuatu yang ingin ku bicarakan.”

Masih menempel pada Nichkhun, Tiffany menyeret langkahnya ke ruang tengah dan duduk di sofa. Mereka duduk berdampingan, lengan Nichkhun seutuhnya merangkul bahu Tiffany.

“Begini, besok aku akan mengumumkan tentang hubungan kita. Menurutmu bagaimana?” Nichkhun bertanya sangat lembut sambil menciumi pucuk kepala Tiffany.

“Terserah padamu.” Tiffany menjawab dengan nada malas.

“Dan aku ingin jujur padamu.” Nichkhun sedikit menjauhkan tubuhnya lalu menatap mata Tiffany. “Ini tentang bagaimana skandal kita bisa muncul ke permukaan.”

Tiffany mendengarkan dengan seksama, bahkan mata gadis itu tidak berkedip sedikitpun.

“Sebenarnya, aku yang membuat skandal itu. Aku menyuruh Taecyeon untuk merekam kita di atas atap dan mengirim video itu ke saluran penyiaran. Aku—”

“Tunggu! Berhenti sebentar! Jadi, skandal kita….” Tiffany melepaskan diri dari Nichkhun. Setela mengerti semuanya, Tiffany menutup mulut. “Astaga, apa kau sudah gila?!! Bagaimana kau bisa—”

“Aku bosan bersembunyi, sayang. Aku ingin memberitahu semua orang kalau kau adalah milikku. Aku tidak ingin terus-terusan bingung jika orang bertanya apakah aku sudah punya kekasih atau belum. Aku hanya ingin orang tahu tentang keberadaanmu. Hanya itu.” Jelas Nichkhun, dia menghela nafas lalu meraih tangan Tiffany.

“Fany-ah..”

“Kau tahu, ini sangat menyakitkan.” Tiffany menghempaskan tangan Nichkhun. “Seohyun, anak tak berdosa itu, apa kau pernah berpikir tentang dia?” Bentak Tiffany.

“Anakku yang malang..” Isak Tiffany. “Inilah kenapa aku selalu menolak untuk mengungkap hubungan kita. Tapi kau malah dengan sengaja….” Tiffany menggigit bibirnya.

“Apa yang akan kau jawab jika media pers tahu kalau aku sudah memiliki anak? Apa kau siap di tuduh telah menghamiliku atau semacamnya?! Atau kau akan mengatakan aku sudah memiliki anak sebelum kau bertemu denganku?” Dia menatap Nichkhun yang tidak bisa berkata-kata. Tiffany menarik nafas sebelum memalingkan wajah dari lelaki disampingnya.

“Apa yang harus aku lakukan…” Gadis itu menutup wajahnya. “Ku kira karena sudah terlanjur terungkap, aku akan berusaha menghadapinya. Tapi ternyata, kau yang telah….”

“Sayang~” Nichkhun mengusap bahu Tiffany. “Aku minta maaf, huh?”

“Apa kau tidak pernah berpikir kalau Seohyun juga akan merasa tersakiti?!! PERNAH TIDAK?!!!” Airmata Tiffany mengalir, dia tidak bisa tahan jika itu menyangkut anaknya. Putri kesayangannya.

Nichkhun bergeser mendekat pada Tiffany, memeluk gadis itu dari belakang. “Aku tidak akan menyakiti anak kita. Aku janji. Setelah ini, aku akan menikah denganmu. Aku siap menanggung malu, asal bukan Seohyun.”

Mereka berdiam dalam posisi itu. Tiffany terus menangis meski airmatanya tidak lagi jatuh. Dibelakangnya, Nichkhun dengan lembut mengelus lengannya. Berusaha menenangkannya.

OH! Kim Taeyeon, ada apa?”

Dengan perlahan Taeyeon menutup pintu dibelakangnya sebelum berjalan mendekat ke arah meja.

“Ini kedua kalinya kau masuk ke ruangan ini, bukan?” Ujar seorang pria cukup tua berkacamata tebal didepannya. Pria itu menutup buku yang dia baca lalu melepas kacamata.

“Ya, begitulah.” Jawab Taeyeon sungkan.

“Ada apa nak? Kau perlu sesuatu? Apa gadis-gadis disini tidak memenuhi kriteriamu?” Taeyeon tertawa kecil mendengar lelucon pria yang menjabat sebagai kepala sekolah dihadapannya. Dia tidak tahu Jaeguk punya kepala sekolah yang suka melucu.

“Duduklah nak. Beritahu aku apa masalahmu.”

Taeyeon tersenyum sebentar sebelum menjatuhkan bokongnya di kursi super empuk yang pernah ia duduki. “Mr. Park, begini, aku ingin keluar dari sekolah.”

Pria yang ia panggil Park itu hanya memandangnya. “Keluar? Benarkah? Tapi kenapa?”

“Ku rasa aku perlu mengurus karirku dulu. Berkarir sambil sekolah membuatku sedikit kesulitan.” Bohong Taeyeon, dia membalas tatapan Mr. Park. “Dan ada hal lain tentuya yang tidak bisa kujelaskan.”

Mr. Park menghela nafas, karena mejanya tidak terlalu lebar, pria itu mampu menepuk bahu Taeyeon. Semua orang yang masuk kedalam ruangannya adalah anaknya, secara pribadi. “Kalau itu keputusanmu, aku tidak bisa bicara panjang lagi. Sukseslah berkarir Taeyeon-ah. Kau penyanyi yang berbakat.”

Taeyeon mengangguk. “Ini dokumennya. Managerku yang menyiapkan ini, jadi maaf kalau ada yang kurang.” Taeyeon menyerahkan surat-surat yang bisa ia gunakan untuk melengkapi dokumen keluarnya dia dari sekolah.

“Apa managermu tidak ingin sekolah disini? Kami bisa membuka sekolah khusus manager.” Canda Mr. Park dan Taeyeon tertawa.

“Kurasa tidak. Dia bahkan lebih sibuk dariku. Kalau begitu, terima kasih atas waktunya. Aku permisi.” Ucap Taeyeon sambil membungkuk dan keluar dari ruangan.

Nafasnya terasa berat dia hembuskan dan matanya yang sendu memandang sekeliling. Tidak ada kenangan yang berarti disini. Tidak, jika itu tanpa adanya Tiffany. Taeyeon menyeret langkahnya menyusuri koridor, menaiki tangga yang mengantarkannya ke atap sekolah. Tempat pertama kali dirinya dan Tiffany saling bicara dan….bertengkar.

Taeyeon mengusap bangku tempatnya duduk saat itu. Sedikit menarik bibirnya membentuk senyuman. Dia masih ingat aroma Tiffany, tatapan matanya, apa yang gadis itu pakai, dan bagaimana ketegangan mereka berargumen.

Itu bukanlah kenangan buruk. Taeyeon menegakkan badannya, menatap awan mendung.

“Selamat tinggal, langit Jaeguk.”

Hari-hari berlalu sangat cepat. Orang-orang mulai bergerak meninggalkan masa lalu dan meraih masa depan. Memang seharusnya begitu’kan? Memang seharusnya Taeyeon melupakan Tiffany dan menatap apa yang akan ada didepannya.

Tapi tidak semudah itu. Bagi Taeyeon, masa lalu dan masa depan adalah dua hal yang saling berkaitan. Tak ada namanya masa depan tanpa adanya masa lalu.

Kau tidak akan pernah tahu bagaimana kau dimasa depan jika kau tidak pernah menjalani masa lalu dan belajar dari pengalaman.

Taeyeon merasakan matahari menghangatkan kulitnya, ia menghirup udara sejuk dari balkon apartemennya. Tangannya melambai pada gadis-gadis muda yang senantiasa berjaga semalaman dan selalu mendukungnya. Taeyeon beruntung memiliki mereka tapi mereka tidak beruntung memiliki lelaki egois sepertinya.

Perasaan bersalah datang menyapa Taeyeon. Sebenarnya dia tidak ingin menyakiti mereka. Tapi…

Oppa, aku menunggu albummu!!!! Tae Oppa JJANG!!! Kami rindu suaramu!!!” salah satu dari mereka berteriak dan Taeyeon mengangguk.

“Aku sangat mencintai kalian. Jaga diri dan jangan sampai sakit.” Taeyeon tersenyum sebelum masuk kedalam.

Dia terkejut saat melihat managernya berdiri di ambang pintu. Namun ketika menangkap ekspresi itu, Taeyeon langsung tahu alasannya.

“Kenapa kau tidak bilang kalau kau akan pergi ke NewYork?” Taeyeon hanya diam. “Kau juga keluar dari perusahaan.”

Selama beberapa hari, setelah pihak sekolah secara resmi mengeluarkannya, Taeyeon menghabiskan waktu untuk mempersiapkan diri pergi dari Korea. Termasuk menyelesaikan prosesi recording albumnya yang minggu ini akan diluncurkan. ‘EPIC LOVE’ akan menjadi album terakhirnya.

Taeyeon berjalan menuju lemari. “Maaf tidak memberitahumu..” Katanya sembari mencari jas hitam berkerah putih di antara baju-bajunya.

“Baik, aku terima permintaan maafmu, tapi jujur saja, ada apa?”

“Aku ingin berhenti, hyung..” Taeyeon menutup lemari dan mencari di lemari yang satunya lagi “Berhenti menjadi penyanyi. Berhenti memiliki hidup yang luar biasa. Berhenti menjadi idola orang-orang.”

“Tapi kenapa?!! Kau sedang di puncak karirmu. Bagaimana kau bisa meninggalkan ini begitu saja. Bahkan—”

“Aku minta maaf.” Taeyeon menutup lemari dan berbalik. Dia menemukan jas itu. Jas pemberian Tiffany. Salah satu dari yang terbaik dari deretan jasnya.

“Apa sebenarnya alasanmu keluar dari Jaeguk? Kau sudah tidak mau lagi berkarir dan alasan itu otomatis lenyap. Jadi kenapa kau keluar dari Jaeguk?” Tanya managernya, Taeyeon menghadap cermin dan tersenyum.

“Aku bosan.”

Singkat dan jelas. Bosan adalah kata paling tepat untuk menggambarkan apa yang Taeyeon rasakan. Lelaki itu mengancingkan jasnya lalu memakai jam tangan yang ada di meja rias. “Jika kau dihadapkan pada situasi seperti yang aku alami, kau pasti juga akan merasa bosan.”

Bosan untuk merasakan sakit dari gadis yang sama.

Taeyeon berbalik dan memandang managernya. “Antar aku.”

“Kemana?”

“…………”

“Ke tempat gadis itu.”

Jessica meletakkan kopi yang baru saja dia buat. Dengan baju kebesaran gadis itu berjalan menghampiri Yuri yang damai dalam tidurnya. Senyumnya mengembang ketika mendengar Yuri mendengkur. Nafasnya dengan teratur berhembus. Jessica duduk di tepi ranjang.

Kau pasti lelah.

Jemari Jessica secara usil menyentuh dada bidang Yuri yang telanjang lalu turun ke perutnya yang keras dan berotot. Dia selalu suka dengan pria yang memiliki tubuh atletis. Terkesan seksi dan erotis.

Jessica terkekeh saat Yuri merasa geli dia sentuh. Bukannya berhenti, dia malah membuat lingkaran disana.

“Aku lelah, sayang. Biarkan aku tidur.”

Jessica tersenyum sebelum mengelus pipi Yuri. “Kau sudah melakukan yang terbaik.”

Mereka akhirnya sampai ditempat konferensi pers. Puluhan media datang dengan kamera dan memenuhi tempat yang sudah disediakan. Mereka memberi salam kepada yang telah hadir sebelum mengambil tempat duduk diatas panggung.

Yuri memberi tanda pada managernya untuk memulai.

“Saya wartawan dari SportSeoul, Kim Jung Ah, saya ingin bertanya… Apa alasanmu untuk mengadakan konferensi ini Yuri-ssi?”

“Annyeong haseyo, Kwon Yuri imnida.” Ujarnya memperkenalkan diri. “Aku mengadakan acara ini untuk meluruskan masalah Jessica dengan Ok Taecyeon. Ku rasa terjadi kesalahpahaman.” Yuri melirik Jessica. Gadis itu hanya menatap lurus kedepan.

“Jadi kau tidak setuju pada penilaian publik kalau Jessica telah berselingkuh?”

Yuri tersenyum. “Publik memang harus menilai, tapi penilaian itu keliru. Jadi aku harus meluruskannya.”

“Apakah kau tetap mempercayai Jessica-ssi?”

“Tentu. Karena dia adalah korbannya.”

“Apa motifmu untuk mengatakan demikian, Yuri-ssi?”

“Fakta pertama karena Jessica tidak berselingku. Kedua, Jessica tidak pernah menelpon Ok Taecyeon. Dan terakhir, pernyataan dari perwakilan Ok Taecyeon telah mencemarkan nama baik Kekasihku.” Yuri menekankan suaranya pada kata kekasihku.

“Tapi kenapa Ok Taecyeon datang jika memang tidak ada kontak sebelumnya dari Jessica? Dia juga mengatakan telah dirugikan atas skandal ini.”

“Aku tidak tahu kenapa dia datang.”

Para wartawan mulai berbisik-bisik. Jessica meremas tangan Yuri yang sedari tadi tidak lepas menggenggam tangannya. Lelaki itu sampai menoleh dan melihat betapa tertekan Jessica berada disini. Untuk menenangkan Jessica, Yuri mengelus punggung tangan Jessica dengan ibu jarinya.

“Tapi aku tahu kalau Ok Taecyeon’lah yang menyerahkan video itu ke kantor siaran.”

Orang-orang terkejut atas pernyataan itu. Para wartawan bahkan lupa mereka harus bertanya.

Yuri menatap semua orang dan tersenyum. “Sebelum aku memutuskan mengadakan konferensi ini, aku datang ke kantor siaran yang pertama kali menyiarkan berita Jessica .”

“Aku bertanya pada salah seorang petugas keamanan disana dan dia menjelaskan bahwa Taecyeon menitipkannya sebuah video penting untuk di serahkan pada kepala direktur.”

Seorang wartawan berdiri. “Saya Jung Min Ah dari perwakilan media berita china, Apakah kau bertanya jam berapa dia menerima video itu?”

Bukannya menjawab Yuri malah memanggil managernya dan menyuruhnya untuk memutar video CCTV di koridor apartemen Jessica.

“Tertera disana pukul 23.49.” Yuri menunjuk pojok kanan atas dalam video itu sebelum menghadap para wartawan.

“Kantor siarannya berada di Gangnam. Perlu satu jam untuk sampai disana. Dan petugas keamanan disana bilang kalau Taecyeon datang pada pukul 02.30.”

Media mulai menulis pernyataan Yuri.

Yuri menatap kembali video di layar. “Kenapa kalian tidak curiga Jessica tidak mengantarkan Taecyeon sampai di pintu? Jika memang benar mereka berhubungan, setidaknya mereka pasti berpelukan.”

Seorang wartawan mengangkat tangannya. “Kau mengatakan perlu satu jam untuk sampai di Gangnam, dan petugas itu mengatakan kalau dia menerima video itu pukul 02.30. Selisih waktunya tiga jam dan satu jamnya untuk perjalanan. Sisa dua jam lagi—“

“Jika Taecyeon yang menyerahkan video itu sendiri, bukankah dia juga perlu mengambil atau mungkin mencuri video itu sendiri?” sela Yuri dan melihat managernya memberikan tanda lewat jam tangan.

Sudah hampir siang, dia ada jadwal syuting iklan dan Jessica perlu istirahat. “Ku rasa hanya itu penjelasanku. Kalian bisa melihat siapa yang berpura-pura di rugikan dan siapa yang benar-benar menjadi korban. Aku permisi. Terima kasih atas kehadirannya.”

Hampir dua jam lebih mereka berdiam diri dan memilih fokus pada pikiran masing-masing. Taeyeon tidak tahu harus memulai bagaimana sedangkan Tiffany masih belum mengerti kenapa tiba-tiba Taeyeon ingin bertemu dengannya. Gadis itu hanya…

“Juhyun pernah kau ajak kemari? Ini tempat yang menyenangkan.” Taeyeon tersenyum melihat anak-anak tengah bermain.

“Seharusnya kau mengatakan apa yang akan kau katakan padaku. Aku tidak punya banyak waktu, asal kau tahu.” Ketus Tiffany tanpa memandang Taeyeon.

“Aku akan pergi.” Ucap Taeyeon dan Tiffany menoleh.

“Apa maksudmu?”

“Aku keluar dari Jaeguk.” Taeyeon memainkan jemarinya.

“Aku tahu, beritanya sudah terse—”

“Aku berhenti jadi penyanyi dan pergi ke NewYork.” Ucap Taeyeon dan Tiffany kaget bukan main, dia membelalakkan matanya.

“Aku menemuimu untuk mengatakan selamat tinggal. Setidaknya aku ingin kita memiliki hubungan yang baik.” Taeyeon mengalihkan pandangannya pada Tiffany. Dia memberikan gadis itu senyum paling manis untuk terakhir kali.

“Demi apapun didunia ini, kau adalah satu-satunya gadis yang masih aku cintai meski aku pernah mati sekali dan hidup di hadapanmu lagi.” Taeyeon membelai pipi Tiffany.

“Kau pergi karena aku?”

“Tidak ada alasan tanpa dirimu, Fany-ah. Kau alasan aku hidup, alasan aku tersenyum, alasan kenapa jantungku berdebar kencang, dan alasan bahwa aku selalu mencintaimu.”

Tanpa tersadar Tiffany menjatuhkan airmata. Entah kenapa, tapi dadanya terasa sakit. Taeyeon sudah pernah meninggalkannya dan sekarang… Taeyeon ingin meninggalkannya lagi?

Taeyeon menghapus airmata di pipi gadisnya, dia menggeleng pelan. “Jangan menangis, sudah cukup aku melihatmu menangis.”

Tiffany menangis tersedu-sedu. Dia terisak hebat hingga Taeyeon mau tidak mau mencium gadis itu untuk menghilangkan rasa khawatirnya.

Taeyeon meraih pinggang gadis itu dan memperdalam ciumannya. Dia menyesap bibir merah muda Tiffany lembut. Tidak ada kekasaran dalam tindakannya.

“hiks…” Isak Tiffany di sela-sela ciuman mereka.

Taeyeon ikut menangis. Dia bergetar. Ciuman mereka berakhir.

Tiffany berusaha mengatur nafas, dia sesegukan. “Jika semua yang kau ucapkan tadi adalah kata terakhirmu. Biar aku mengucapkan kata terakhirku.”

Satu hal yang Tiffany ingin sampaikan adalah…

“Nichkhun…..” Taeyeon tersentak. Dadanya terasa sakit, tak pernah menyangka Tiffany akan menyemburkan nama pria itu ke wajahnya.

“Tiffany..” Gadis dihadapannya menggeleng.

“Aku belum selesai…” Dengan suara bergetar dia berusaha melanjutkan.

“Nichkhun….”

“……….”

“Ayo kita putus.”

Mata Taeyeon melebar.

“Itu yang aku katakan padanya….”

“……..”

“Beberapa hari lalu.”

 

 

 

 

END??? / TBC???

Sorry telah apdet, gua janjinya kemaren, tapi kemaren gue sibuk. Jadi Mian 😀 ^^

40 thoughts on “LET’S BREAK UP [8]”

  1. ahhhh sedih u.u tapi ada rasa seneng juga, apa yang break kf?? kuharap ^^ hehe semoga nnih jalan buat hub taeny tetep nyatu 🙂 mau end kah??? next chapnya ditunggu : D

  2. Annyeong.. gue pengen nangis.. 😥
    itu ppany beneran putus kan?? serius?? gk boong???
    semoga aj tae gk jdi pergi hbis dgr ppany putus am ********
    next kak..

  3. Tiffany minta putus sama nikhun tpi itu nikhun terima apa nggak di putusin sama tiffany, pokoknya dia hrus terima tiffany kan cuman buat taeyeon…
    Lanjutin lagi dong ini ff jan end dulu..

  4. Beneran kunti putus ^^
    semoga taeng gx jd pergi ke newyork setelah tau klo pany udah putus ama nikon
    di tunggu kelanjutannya ya thor

  5. oh my god kena banget sama hati hati gue sakit banget, yulsic akhirnya kelar juga masalahnya, lega banget aku kira putus sama tae, eh ternyata khun haha..thor becanda maen END aja TBC yahhhhhh

  6. duh gue menitihkan air mata cielaaahh hahaha
    seberapa besar cinta yul ke sica duh

    yeeeessssshhh itu maksudnya fany kuntilanak putus kan iya kan jd fany milih taeyeon kan yuhuuuuuuuu

  7. pphany minta putus sama khun?? :O wahhh..
    trus gmana sama tae yg udah mau cabut aja tu dr jaeguk -_-
    batalin tae buat prgi ya thor 😀 ato buat tae balik lagi trus sama pphany..next baca yg p.9>>>>>>

  8. ahh sumpeh ini part sukses bikin ane campur aduk banget, apa lagi last part. gak bisa ngomng apa2 lagi thor moga aja tae gak mutusin buat pergi.

Jangan Malu-Malu... ♥